Selasa, 18 Februari 2025

Puisi: Memancung Sanubari


Memancung Sanubari 

Kau sudah berkasih,
Namun cintamu terbelah,
Jangan biarkan sanubarimu terperangkap
Di antara dua jiwa yang tak saling bebas.

Roh jahat berbisik di sudut hati,
Menyulut api gelisah yang tak tampak,
Sayat pisau percintaan ini terlalu tajam,
Akan kau rasakan darahnya di kemudian hari.

Memancung sanubari tidaklah elok,
Karena hati adalah tempat rahasia,
Tempat cinta yang seharusnya bebas.


Di malam kelam, dia yang bersamamu kini,
Terperangkap dalam kegelisahan yang tak bisa kau lihat,
Seperti hantu yang menuntut balas,
Tanpa kata, tanpa suara, namun penuh derita.

Aku tak ingin dia merintih dalam kesedihan,
Aku tak ingin amarahnya menjadi kutukan,
Jikalah cinta padanya telah padam,
Biarkan kejujuranmu menghancurkan belenggu itu.

Baru aku akan membuka hatiku untukmu,
Namun dengan hati yang sudah terbebas,
Dari bisikan roh jahat dan bayang-bayang kelam,
Hanya satu cinta yang akan menguasai jiwa,
Hanya satu untukmu, hanya satu untukku.

Memancung sanubari tidaklah elok,
Karena hati adalah tempat rahasia,
Tempat cinta yang seharusnya bebas.


Reza Rolianda. 2025

Share:

Selasa, 04 Februari 2025

Puisi: Seolah-olah

 

Puisi: Seolah-olah

Seolah-olah 

Seolah berjalan di bayangan halusinasi,
tiap langkah terasa asing, menyesatkan,
seolah pandangan mata perlahan merabun,
mengabur mimpi, meredup harapan.
 

Seolah lumpuh, tapi dipaksa bergerak,
dengan tubuh yang menolak jiwa,
seolah mati, tapi ruh tetap terjebak,
menggigil dalam dinginnya kesia-siaan.

Seolah roh kehilangan jasad,
menghuni kehampaan tanpa arah,
tersesat di antara kekosongan dan luka.

Begitulah insan hancur ditelan batil,
seolah hidup hanyalah cermin retak,
memantulkan wajah yang tak pernah utuh.
 

Seolah cinta telah lama mati,
dan yang tersisa hanyalah bayang-bayang,
gelap, sunyi, tanpa cahaya.
 

Reza Rolianda. 2025

 

Share: